Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Thursday, January 31, 2013

Cinta Sejati OST Habibie Ainun

Cinta Sejati OST Habibie Ainun

Manakala hati menggeliat mengusik renungan
Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta
Suara sang malam dan siang seakan berlagu
Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku

Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian
Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu
Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku

Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu
Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita
Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian
Cinta kita melukiskan sejarah

Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati
Saat aku tak lagi di sisimu

Ku tunggu kau di keabadian
Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan

Pasti tahu cinta kita sejati
Lembah yang berwarna
Membentuk melekuk memeluk kita
Dua jiwa yang melebur jadi satu
Dalam kesunyian cinta

Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati

Love Story Habibie Ainun

Kisah CInta dan Pernikahan
Makmur Makka, penulis Biografi Habibie mendapatkan informasi menarik mengenai kisah cinta Habibie. Ternyata cinta Ainun dan Habibie sudah bersemi sejak mereka remaja. Ainun mengaku kalau ia dan Habibie sudah kenal sejak kecil, bahkan sekolah menenagah mereka berdekatan. Pada tahun 1986, Majalah Femina memuat cerita mengenai kisah ini. Ainun saat itu mengatakan:
“Kami kenal sejak kecil, dia teman bermain kelereng kaka saya. Rumah kami berdekatan ketika di Bandung. Di SLTP letak sekolah kami bersebelahan. Di SLTA malah satu sekolah, hanya Rudy (panggilan Habibie) satu kelas lebih tinggi. Dia selalu menjadi siswa paling kecil dan paling muda di kelas, begitu juga saya. Guru dan teman-teman acap kali berkelakar menjodoh-jodohkan kami. Yah, gadis mana yang suka diperolok demikian?”
Ainun dan Habibie memang banyak kesamaan sehingga mereka sering dijodoh-jodohkan oleh guru dan teman-temannya. Antara lain mereka sama-sama anak ke empat dari delapan bersaudara; sama-sama dibesarkan dalam keluarga yang berpendidikan. Selain itu mereka juga menjadi anak-anak yang beruntung karena memiliki ibu yang mendorong mereka untuk mengutamakan pendidikan. Kesamaan lain adalah, mereka sama-sama tinggal di Bandung dan sekolah di tempat yang sama. Yang tidak kalah unik adalah, mereka sama-sama hobi berenang.
Kisah cinta antara dua anak manusia ini memang sudah terlihat sejak mereka sama-sama sekolah. Rasa cinta tersebut mulai terbesit saat mereka sekolah di SMAK Dago, Kota Bandung. Ainun adalah seorang gadis yang sangat suka berenang. Karena terlalu banyak dan sering berenang, kulitnya menjadi lebih hitam. Pada suatu hari, saat jam istirahat belajar, Habibie lewat di depannya. Saat melihat Ainun  Habibie mengatakan: “Hei, kamu sekarang kok hitam dan gemuk?” Ungkapan ini menjadikan Ainun berfikir dan merasakan sebuah getaran aneh di dalam dadanya. “Apakah Habibie perhatian padanya?” Apalagi teman-temannya heran dengan kejadian itu dan mengatakan kalau Habibie memang perhatian padanya. Memang, saat itu Ainun memang menjadi pujaan di sekolahnya dan menjadi incaran banyak siswa laki-laki, termasuk Habibie. Habibie pernah mengomentari tentang Ainun dengan ungkapan: “Wah cakep itu anak, si item gula Jawa”.
Namun mereka berpisah cukup lama. Setelah lulus SMA, Habibie melanjutkan pendidikannya ke ITB Bandung, namun tidak sempat selesai. Habibie  dikirimkan oleh orang tunya ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan. Adalah ibunya yang sangat semangat menyuruhnya belajar ke negeri  “Panzeer” tersebut. Ia berangkat dengan biaya dari orang tunya sendiri, dan  tidak mendapat beasiswa pemerintah Indonesia, namun pemerintah memberinya izin belajar ke sana. Lalu ia berangkat ke Jerman Barat, untuk melanjutkan pendidikan di sana. Ia masuk ke Universitas Technische Hochscheule di kota Achen, Jerman. Tahun 1960 terhitung Habibie tidak pulang ke Indonesia selama tujuh tahun. Ini membuatnya sangat home sick, terutama ia sangat ingin mengunjungi pusara Bapaknya.
Setelah menanti agak lama, akhirnya Habibie punya kesempatan pulang ke Indonesia. Saat Habibie pulang ke Indonesia, ia berkesempatan menziarahi makam bapaknya diUjung Pandang. Menjelang lebaran ia pulang ke Bandung dan bertamu ke rumah tetangganya yang lama, keluarga Ainun. Saat itu pula Ainun secara kebetulan sedang mengambil cuti  dari tempat kerjanya di RSCM dan pulang ke Bandung. Di sanalah cinta lama bersemi kembali setelah sekian lama mereka tidak bersua. Saat berjumpa dan bertatp mata Habibie mengatakan: “Kok gula Jawa sekarang sudah menjadi gula pasir?”. Pertemuan mereka berlanjut di Jakarta. Habibie mengikuti Ainun yang kembali ke Jakarta untuk masuk kerja di RSCM. Di Jakarta Habibie tinggal di Jl. Mendut, rumah kakaknya yang tertua.
Keakraban dua insan dalam cinta (sumber empat)
Keakraban dua insan dalam cinta (sumber empat)
Sama-sama tinggal di Jakarta membuat cinta mereka semakin bersemi. Mereka saling berjanji untuk sering bertemu dan merindukan satu sama lain. Habibie kerap menjemput Ainun yang bekerja di RSCM. Pada malam hari mereka pacaran dan melewati waktu dengan sangat indah. Sesekali mereka naik becak dengan jok tertutup, meskipun sebenarnya malam tidak diguyur hujan. Dan ketika mereka semakin dekat, Habibie menguatkan hati untuk mejatuhkan pilihannya pada Ainun. Ia melamar Ainun dan mempersunting menjadi istrinya.
Ainun disunting oleh BJ Habibie menjadi istrinya pada tanggal 12 Mei 1962. Mereka menghabiskan bulan madu di tiga kota. Kaliurang, Yogyakarta, dilanjutkan ke Bali lalu diakhiri di Ujung Pandang, daerah asal B. J. Habibie. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai dua orang putra; llham Akbar dan Thareq Kemal dan enam orang cucu. Namun demikian dalam penganugerahan gelar Doktor kehormatan kepadanya oleh Universitas Indonesia, Habibie mengatakan kalau ia punya cucu ribuan jumlahnya: “Saya mau garis bawahi. Di usia saya yang 74 tahun ini, anak biologis saya cuma dua. Cucu biologis saya hanya enam. Tetapi anak cucu intelektual saya ribuan jumlahnya.” Tentu saja yang dimaksudkan Habibie adalah mahasiswanya yang tersebar di berbagai belahan dunia.
Habibie-Ainun dan kedua anak dan menantu mereka (Sumber lima)
Habibie-Ainun dan kedua anak dan menantu mereka (Sumber lima)
Menjadi Ibu dua Pangeran
Setelah menikah Ainun ikut dengan Habibie yang harus menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Jerman. Kehidupan awal di sana dilalui dengan perjuangan yang luar biasa. Setidaknya ia harus bersabar dengan pendapatan yang teramat kecil dari beasiswa Habibie. Namun dengan tekun dan sabar ia tetap menyertai Habibie. Bahkan untuk menghemat ia menjahit sendiri keperluan pakaian bayi yang dikandungnya. Dan disanalah ia mengandung dua putranya, melahirkan dan mebesarkannya.
Ainun adalah seorang ibu yang sangat bertanggung jawab dalam mebesarkan anak-anaknya. Sejak kecil ia membiasakan anak untuk mengembangkan kepribadian mereka sendiri. Ia membebaskan anak-anak untuk berani bertanya tentang hal yang tidak diketahuinya. Dan Ainun akan memberikan jawaban jika ia mampu atau ia akan meminta Habibie jika tidak mampu. Hal ini tentu saja karena ia sadar kalau anak-anak sejak kecil harus dibangun keingintahuan dan kreatifitasnya.
Selain itu Ainun juga membiasakan anaknya hidup sederhana. Uang jajan diberikan pas untuk satu minggu. Dengan demikian si anak memiliki kebebasan untuk memilih jajanan yang mereka sukai., dan mengelola uang mereka sendiri. Anak-anak Ainun tumbuh sebagai anak yang menghargai kesederhanaan itu. Pernah mereka harus bolak-balik dari satu toko ke toko lain untuk mendapatkan harga yang pas sebelum membeli suatu barang.
Hal yang juga tidak kalah penting dalam mendidik anak adalah membiasakan mereka mengemukakan pendapat dengan mengajak mereka berdiskusi di rumah. Menurut Ainun, jika anak-anak berani mengeluarkan pendapat, artinya mereka sedang belajar dalam hidupnya. Dan bagi orang tua, itulah saatnya melaksanakan kewajiban memberikan bekal bagi kehidupan mereka.
Dan benar saja, hasil didikan itu menjadikan kedua anak mereka tumbuh sebagai seorang yang luar biasa. Seperti kita tahu bahwa Ilham Habibie menyelesaikan pendidikan di Muenchen dalam ilmu aeronautika dan meraih gelar PdD dengan predikat summa cumlaude, lebih tinggi dari predikat ayahnya. Sementara Thareq Kemal menyelesaikan Diploma Inggeneur di Braunsweig, Jerman.

Mendampingi Suami (Sumber enam)
Mendampingi Suami (Sumber enam)

Biografi Fotografer Darwis Triadi

BIOGRAFI DARWIS TRIADI
Tempat/tgl lahir: Solo, 15 Oktober 1954
Pendidikan : Pendidikan Penerbang, Curug.
Organisasi : Ketua Asosiasi Photographer Propesional Indonesia (APPI)
Bila menyebut fotografi, nama Darwis Triadi langsung menempel di benak banyak orang. Pemilik nama lengkap Andreas Darwis Triadi memang bagaikan ikon fotografi Indonesia. Akan tetapi, siapa sangka pada awalnya Darwis adalah seorang pilot. Lantas kenapa dia beralih profesi menjadi fotografer?
Mengantongi licence penerbang tak lantas membuat pria kelahiran 15 Oktober 1954 ini berbangga. Padahal, sekitar tahun 1978 profesi sebagai penerbang pesawat merupakan profesi yang boleh dibilang amat bergengsi. Namun, ia merasa jiwanya bukan di udara. Pergaulannya dengan kalangan yang berasal dari dunia fashion, berangsur-angsur merubah pandangannya tentang fotografi.
Hingga sekitar tahun 1979, Darwis mantap memutuskan untuk berganti profesi. Walaupun sempat ditentang oleh ke dua orang tuanya, namun Darwis bersikukuh pada keyakinannya, Darwis terus melangkah. Padahal, bekalnya tidaklah memadai. Ia tak punya pendidikan khusus fotografi. Hobi memotret diperoleh lantaran bergaul dengan fotografer amatiran. Sementara itu, para fotografer profesional cenderung menutup diri. “Fotografer di zaman itu merasa dirinya eksklusif dan tak suka jika orang lain ikut belajar. Mungkin khawatir disaingi,” tuturnya mengenang.
Dihadang keterbatasan, Darwis tetap melangkah. “Saat itu saya berjanji bikin dunia fotografi tidak tertutup lagi. Saya ingin dunia ini menjadi gaul dan menarik,” katanya.
Berangkat dari foto untuk brosur Hotel Borobudur pada 1980 dengan bayaran Rp 50 ribu, kiprah lelaki berkumis ini makin dikenal karena berani tampil beda. Peristiwanya dimulai pada 1981. Di tahun itu, ayah dua putri ini berpameran bersama para fotografer amatir. Sementara rekan-rekannya memajang aneka foto bertemakan lanskap dan humanis, Darwis malah memunculkan foto beberapa model dan peragawati. Tak pelak, pengunjung pun kaget sekaligus kagum. Namun, tak sedikit juga yang mencemooh dengan menyebut Darwis sebagai fotografer yang tak tahu teknik foto sekaligus menentang arus.
Tak peduli ejekan, Darwis terus melangkah dan memperbaiki diri. Untuk mempopulerkan profesinya, ia rajin berpartisipasi dalam pameran dan promosi dari mulut ke mulut. Layanan permintaan berdasarkan kebutuhan pelanggan juga dilakoni. Bahkan, ia pun tak tabu bersikap proaktif ke para pelanggannya. Di samping itu, ia pun terus memperdalam ilmu fotografi, di antaranya beberapa kali mengikuti short course lighting dan teknik kamera di Swiss dan Jerman sejak 1983.
Keyakinan Darwis menetapkan tujuan hidupnya bahwa fotografi merupakan profesi yang juga bergengsi telah dibuktikan. Dari mulai mengerjakan berbagai macam foto produk-produk untuk iklan dan sebagainya dari berbagai produsen besar seperti NOKIA, PHILPS, BCA, PERMATA BANK, SATELINDO, INDOFOOD,SONY ERICSSON, TELKOM, GROUP PT. UNILEVER, BANK MANDIRI, MUSTIKA RATU, SARI AYU, WARNER MUSIC, AQUARIUS MUSIC, SONY MUSIC, dan lain sebaginya. Darwis Triadi Photography juga mengerjakan Comecial dan Non Comercial Photography, Digital Imaging Photography, Concept Design, Graphic Design, Stock Slide Show/ Slide Rental. Darwis juga telah menerbitkan buku-buku mengenai fotografi seperti, Kembang Setaman & Secret Lighting. Selain itu Darwis Triadi juga telah menerbitkan buku mengenai Photography seperti Kembang Setaman & Secret Lighting.
Selain memiliki studio Darwis Triadi Photography, ia juga membuka Darwis Triadi School of Photography. Sekolah yang menjadi salah satu impiannya, yaitu agar fotografi menjadi lebih terbuka
Darwis Triadi mengembangkan minat fotografinya sejak tahun 1979. Ilmu desain pun turut dipelajari untuk memperkaya kemampuan artistiknya. Karena prestasinya yang terus meningkat, dia diberi kepercayaan untuk menampilkan karyanya pada majalah tahunan Hasselblad yang berskala internasional di tahun 1990. Dalam kurun waktu bersamaan, ia sempat mempresentasikan slide andalannya dalam acara Photo Kina International Competition di Kohn, Jerman. Kompetisi ini digelar dalam rangka \"Hasselblad International Annual\". Setahun kemudian, majalah internasional Vogue memajang karyanya pada artikel spesial tentang Indonesia. Bron Electronic AG dari Swiss, produsen lampu Broncolor, memilihnya untuk mengisi kalender Broncolor tahun 1997.
Sumber : (http://www.darwistriadischoolofphotography.com/detailGuru.php?idNya=91)

Monday, January 28, 2013

what happen????

penghapusan sekolah RSBI tidak terlalu berpengaruh dalam hidupku soalnya aku tidak bersekolah disekolahan yang bergelar elit itu hahha..namun jangan salah aku pernah merasakan sekolah di sekolah yang bergelar RSBI saat smp!
tapi, dikarenakan aku pelajar mau tidak mau harus ikut menggubris berita heboh itu.
menurut pengalamanku *ciyee sekolah di sekolah yang bersandang status RSBI itu rasanya ngewaw padahal ya biasa aja seh...
karena nasibku dulu saat bersekolah di smp 1 bantul hanya di jalur reguler bukan jalur bilingual so, nasib saya hanya dianak tirikan dan tidak ada bedanya dengan sekolah standar nasional biasa hmmm...
namun fasilitas kami fasilitas RSBI loh ahhaaha..
untuk gosip penghapusan sekolah RSBI secara pribadi saya sangat setuju karena dengan penghapusan RSBI semua hak orang sama. orang pinter yg tidak mampu sangat sayang tidak bisa masuk di sekolah RSBI hanya karna FAKTOR UANG, ckckkc sungguh sangat DESKRIMINASI!!!!




sekiannnn